Welcome to Ri-Yo blog, Blog Kecil Nan Damai
RSS

Selasa, 08 November 2011

PILIH KOMODO - Komodo Kita, Keajaiban Dunia

PILIH KOMODO - Komodo Kita, Keajaiban Dunia

Minggu, 06 November 2011

Contoh puisi angkatan 90-an

Puisi di Meja Kelas


Ada gurat tulisan di Meja kelas SMA
Pisau di buat sebagai pena
Tulisan tentang wanita
Sakit hati dan kegembiraan

Tulisan Tentang Sakit hati Pria
cewe sama dengan hawa
hawa sama dengan udara
udara sama dengan bau
bau sama dengan kentut
cewe sama dengan kentut

Tulisan Tentang Senang Hati Pria
cewe sama dengan hawa
hawa sama dengan udara
udara sama dengan wangi
wangi sama dengan melati
cewe sama dengan melati

contoh puisi angkatan 80-an

KUSANGKA

Kusangka cempaka kembang setangkai

Rupanya melur telah diseri…..

Hatiku remuk mengenangkan ini

Wasangka dan was-was silih berganti.


Kuharap cempaka baharu kembang

Belum tahu sinar matahari…..

Rupanya teratai patah kelopak

Dihinggapi kumbang berpuluh kali.


Kupohonkan cempaka

Harum mula terserak…..

Melati yang ada

Pandai tergelak…..

Mimpiku seroja terapung di paya

Teratai putih awan angkasa…..

Rupanya mawar mengandung lumpur

Kaca piring bunga renungan…..

Igauanku subuh, impianku malam

Kuntum cempaka putih bersih…..

Kulihat kumbang keliling berlagu

Kelopakmu terbuka menerima cembu.


Kusangkau hauri bertudung lingkup

Bulumata menyangga panas Asmara

Rupanya melati jangan dipetik

Kalau dipetik menguku segera.

(Amir Hamzah)

Lahirnya puisi angkatan 80-an

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.

Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.

Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.

Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.

Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.

Contoh puisi angkatan 70

Pot
Pot apa itu pot kaukah pot aku
Pot pot pot
Yang jawab pot pot pot pot kaukah pot itu
Yang jawab pot pot pot pot kaukah pot aku
Potapa potitu potkaukah potaku
POT

Struktur Temantik puisi angkatan 70-an

1) Protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi
2) Kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subjek dan bukan obyek pembangunan
3) Banyak mengungkapkan kehidupan batin religuis
4) Cerita dan pelukisan bersifat alegoris atau parabel
5) Perjuangan hak-hak asasi manusia : kebebasan, persamaan, pemerataan, dan terhindar dari pencemaran teknologi moderen
6) Kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewenang-wenang terhadap mereka yang lemah.

Struktur Fisik puisi angkatan 70-an

1) Puisi bergaya mantera menggunakan sarana kepuitisan berupa : ulangan kata, frasa , atau kalimat.
2) Puisi kongkret sebagai eksperimen
3) Banyak menggunakan kata-kata daerah untu memberi kesan ekspresif
4) Banyak menggunakan permainan bunyi
5) Gaya penulisan yang prosais
6) Menggunakan kata yang sebelumnya tabuh

CIRI-CIRI KARYA SASTRA ANGKATAN 70

Pada masa ini para pengarang sangat bebas bereksprimen dalam penggunaan bahasa dan bentuk.

contoh puisi pada tahun 60-an

Sajak-sajak Anak Mati



Tiga anak menari

tentang tiga burung gereja;

Kemudian senyap;

disebabkan senja;



Tiga lilin kuncup;

pada marmer meja;

Tiga tik-tik hujan tertabur;

seperti tak sengaja;

Lahirnya puisi angkatan 60-an


Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.

Contoh puisi ankatan 50-an

ADA TILGRAM TIBA SENJA
W.S. RENDRA

Ada tilgram tiba senja
Dari pusar kota yang gila
Disemat di dada Bunda.
(BUNDA LETIHKU TANDAS KE TULANG
ANAKDA KEMBALI PULANG)
Kapuk randu! Kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermekaean.

Dulu ketika pamit mengembara
Kuberi ia kuda bapanya
Berwarna sawo muda
Cepat larinya
Jauh perginya.

Dulu masanya rontok asam jawa
Untuk apa kurontokkan air mata.?
Cepat larinya
Jauh perginya.

Lelaki yang kuat biarlah menuruti darahnya
Menghunjam ke rimb dan pusar kota
Tinggal Bunda di rumah menepuki dada
Melepas hari tua, melepas doa-doa
Cepat larinya
Jauh perginya.

Elang yang gugur tergelatak
Elang yang gugur terrebah
Satu harapku pada anak
Ingat’kan pulang panila lelah

Kecilnya dulu meremasi susuku
Kini letih pulang ke ibu
Hartiku tersedu
Hatiku tersedu.

Bunga randu! Bunga randu!
Anakku lanang kembli kupangku.

Darah, o, darah
Ia pun lelah
Dan mengerti artinya rumah.

Rumah mungil berjendela dua
Serta bunga di abndulnya
Bukankah itu mesra?

Ada podang pulang ke sarang
Tembangnya panjang berulang-ulang,
Pulang, ya pulang, hai petualang!

Ketapang. Ketapang yang kembang
Berumpun di perigi tua
Anankku datang anankku pulang
Kembali kucium, kembali kuriba

(Ballada orang-orang tercinta, 1959 : 26-27)

Prosa puisi angkatan 50-an

prosa
1.cerita perang mulai berkurang
2.menggambarkan kehidupan sehari-sehari
3.kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap seperti tampak dalam novel Toha Mochtar pulang, Bokor Hutasuhut : Penakluk Ujung Dunia, dan cerpen-cerpen Bastari Asnin : Di Tengah Padang dan cerpen-cerpen Bastari Asnin Di Tengah Padang dan cerpen-cerpen Yusah Ananda
4.banyak mengemukakan pertentangan-pertentangan politik.
Visi-misi dari angkatan 50 ini adalh .Memantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa kemerdekaan lewat karya sastra. Menghadirkan karya sastra Indonesia dengan menggunakan bahan dari sastra dan kebudayaan Indonesia sendiri.

Ciri-ciri puisi ankatan 50-an

cirri struktur estetik
puisi :
1.gaya epik (bercerita) berkembang dengan berkembngnya puisi cerita dan balada, dengan gaya yang lebih sederhana dari puisi lirik.
2.gaya mantra mulai tampak balada-balada
3.gaya ulangan mulai pada berkembang (meskipun sudah dimulai oleh angkatan 45)
4.gaya puisi liris pada umumnya masih meneruskan karya gaya angkatan 45.
5.gaya slogan dan retorik makin berkembang.

Contoh puisi angkatan 45-an

Aku (Chairil Anwar)

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Contoh puisi angkatan 30-an

PERASAAN SENI

bagaikan banjir gulung – gemulung,

bagaikan topan seruh – menderu,

demikian rasa,

datang semasa,

mengalir, menimbun, mendesak, mengepung,

memenuhi sukma, menawan tubuh.


serasa manis sejuknya embun,

selagu merdu dersiknya angin,

demikian rasa,

datang semasa,

membisik, mengajak, aku berpantun,

mendayung jiwa ke tempat di ingin.

jika kau datang sekuat raksasa,

atau kau menjelma secantik juita,

kusedia hati,

akan berbakti,

dalam tubuh kau berkuasa,

dalam dada kau bertahta!

Contoh puisi ankatan 30-an

Anakku

engkau datang menhintai hidup

engkau datang menunjukkan muka

tapi sekejap matamu kaututup,

melihat terang anaknda tak suka.


mulut kecil tiada kau buka,

tangis teriakmu takkan diperdengarkan

alamat hidup wartakan suka,

kau diam, anaakku, kami kautinggalakn.


sedikit pun matamu tak mengerling,

memandang ibumu sakit terguling

air matamu tak bercucuran,

tinggalkan ibumu tak berpenghiburan.

kau diam, diam, kekasihku,

tak kaukatakan barang pesanan,

akan penghibur duka didadaku,

kekasihku, anakku, mengapa kain?


sebagai anak melalui sedikit,

akan rumah kami berdua,

tak anak tak insyaf sakit,

yang diderita orang tua.


tangan kecil lemah tergantung,

tak diangkat memeluk ibumu,

menyapu dadanya, menyapu jantung,

hiburkan hatinya, sayangkan ibumu.


selekas anaknda datang,

selekas anaknda pulang.


tinggalkan ibu sakit terlintang,

tinggalkan bapak sakit mengenang.


selamat jalan anaknda kami,

selamat jalan kekasih hati.

anak kami Tuhan berikan,

anak kami Tuhan panggilkan,

hati kami Tuhan hiburkan,

nama Tuhan kami pujikan.

Ciri-ciri puisi angkatan 30-an

 Cirinya adalah
1) Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern,
2) Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya,
3) Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris,
4) Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda,
5) Aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan
6) Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.

Puisi Angkatan 20-an

II



Bilakah bumi bertabur bunga,

disebarkan tangan yang tiada terikat,

dipetik jari, yang lemah lembut,

ditanai sayap kemerdekaan rakyat?



Bilakah lawang bersinar Bebas,

ditinggalkan dera yang tiada berkata?

Bilakah susah yang beta benam,

dihembus angin kemerdekaan kita?



Disanalah baru bermohon beta,

supaya badanku berkubur bunga,

bunga bingkisan, suara syairku.



Disitulah baru bersuka beta,

pabila badanku bercerai nyawa,

sebab menjemput Manikam bangsaku.



Dari: Percikan Permenungan

Oleh: Rustam Effendi (Angkatan Balai Pustaka)

puisi angkatan 20 an

MENGELUH



Bukanlah beta berpijak bunga,

melalui hidup menuju makam.

Setiap saat disimbur sukar

bermandi darah dicucurkan dendam



Menangis mata melihat makhluk,

berharta bukan berhakpun bukan.

Inilah nasib negeri anda,

memerah madu menguruskan badan.



Ba’mana beta bersuka cita,

ratapun rakyat riuhan gaduh,

membobos masuk menyapu kalbuku.



Ba’mana boleh berkata beta,

suara sebat sedanan rusuh,

menghimpit masah, gubahan cintaku.